MINGGU X SES. PENTAKOSTA
♪ GB. 192 : 1,3 – Berdoa
Roma 12 : 9 – 15
Menghormati Dengan Tulus
Ketegangan kerap terjadi di antara orang-orang yang tidak mau mengalah untuk mendapatkan tempat strategis dan terhormat. Kata “silakan” untuk orang yang mau mendahului sangat jarang diungkapkan dengan tulus, apalagi terhadap orang yang lebih rendah statusnya. Ini menunjukan, mengutamakan orang lain tidak mudah, karena umumnya manusia mau lebih diutamakan.
Surat Paulus yang berisi etika kehidupan ini menyentuh kondisi orang-orang Roma yang selalu merasa diri lebih mulia daripada orang lain; pemerintah pun sangat melindungi warganya (Kis.22:25;23:27). Sikap merendahkan orang lain ini, bertentangan dengan pesan Paulus yang mengacu hidup Kristus sebagai pusat kehidupan Kristen. Salah satu nasihatnya: memberi hormat. Ini sebuah tradisi militer di mana prajurit berpangkat rendah harus lebih dulu memberi hormat ke yang berpangkat tinggi; hinduisme : sistem kasta. Paulus menasihatkan warga jemaat agar tidak bersikap seperti itu, melainkan “saling mendahului” dalam memberi hormat. Artinya, melepaskan sistem kasta, melihat semua orang sama di hadapan Allah, dan melakukannya dengan tulus, karena kepura-puraan adalah kejahatan.
Sekarang ini kita memberi salam kepada sesama menggunakan salam “namaste” (Sans. “hormat saya kepadamu’) dengan meletakkan tangan di dada tanpa kata, dan senyum. Dengan sungguhkah Anda melakukannya? Jika lain di wajah, lain di hati, itulah kepura-puraan, kemunafikan. Memberi salam dengan berbagai bentuk itu baik, tetapi harus dilakukan dengan rendah hati seperti untuk TUHAN. Saling mendahului memberi hormat tidak terbatas pada salam, tetapi sebagai tanda siap membantu dan mengutamakan orang Iain dengan sepenuh hati. Dibutuhkan kesungguhan dan kerendahan hati berdasar kasih Yesus.
KJ. 424 : 1, 2, 4
Doa : (Ya Roh Kudus, teguhkan kami dalam berbagai aktivtas, agar dapat mengutamakan orang Iain, bukan hanya diri kami sendiri)