MINGGU XXIII SES. PENTAKOSTA
♪ KJ.424 : 1, 3 – Berdoa
Imamat 21 : 1 – 15
Kudus Sebagai Keteladanan Hidup
Tradisi keimaman dalam Yudaisme dipenuhi berbagai peraturan yang sangat ketat. Ketatnya peraturan imam ini disebabkan antara lain oleh siapa yang menjadi pusat peribadahan Israel, yaitu Allah. Dalam iman Israel, Allah adalah Mahakudus, yang berbeda dengan ciptaan yang tidak kudus bahkan najis. Kemahakudusan Allah mempunyai dua sisi, yaitu yang menakjubkan dan yang menghanguskan. Menakjubkan karena menghadirkan keheranan dan ketundukan dalam sikap percaya. Sebaliknya, menghanguskan karena hampir tak terhampiri oleh manusia sebagai ciptaan yang cenderung cemar dan najis.
Salah satu peraturan kekudusan bagi imam adalah terkait dengan keluarga yang akan dibentuk oleh para imam. Selain melayani Allah yang Mahakudus, maka para imam harus mempunyai keluarga yang dapat dijadikan teladan bagi umat, mulai sejak mereka memilih pasangan, hingga menjalani hidup bersama pasangan. Mengapa demikian? Tujuannya, agar para imam dan keluarganya tidak menjadi batu sandungan bagi umat yang dilayaninya. Sebaliknya menjadi berkat karena hidupnya dijalankan secara kudus dan tidak cemar.
Kekudusan sejatinya adalah tugas yang penuh perjuangan. Sebagaimana dulu Martin Luther, ketika mengatakan jemaat adalah communio sanctorum, maka mereka adalah orang-orang kudus dan orang percaya, yang diatur hidupnya oleh Roh Kudus, serta hidup meneladankan kebajikan kepada sesama. Tujuannya bukan untuk kemuliaan diri, tetapi demi kemuliaan Allah. Yang memanggil umat kepada kekudusan adalah Allah. Karena itu hidup dalam kekudusan adalah ungkapan syukur dalam laku hidup yang baik.
♪ KJ. 424 : 4
Doa : (Ya Roh Kudus, mohon mampukan keluarga kami untuk hidup kudus dan menjadi teladan)