MINGGU XXII SES. PENTAKOSTA
JUMAT, 10 NOVEMBER 2017
Renungan Pagi
KJ.259 : 1- Berdoa
MUDIK?
Ezra 2:1-35
Inilah orang-orang propinsi Yehuda yang berangkat pulang dari pembuangan, yakni para tawanan, yang dahulu diangkut ke Babel oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang kembali ke Yerusalem dan ke Yehuda, masing-masing ke kotanya. (ay.1)
Pada saat menyusun renungan ini, suasana lebaran masih mewarnai lingkungan masyarakat sekitar. Berita di layar TV hanya menyuguhkan satu tema : “arus mudik”. Mudik adalah tradisi Iebaran (hari raya idul fitri bagi umat Islam) yang hanya ada di Indonesia, jarang ditemukan di negara Iain. Para perantau berbondong-bondong meninggalkan ibukota ke kampung halaman. Uniknya, tradisi pulang kampung ini terjadi hanya saat lebaran. Dalam bahasa Jawa ngoko, mudik: “Mulih dilik” (pulang sebentar saja). Namun kini, pengertiannya dikaitkan dengan kata “Udik” (kampung, desa, lokasi lawan kata “kota”). Dahulu para perantau pulang ke kampung halaman untuk membersihkan makam para Ieluhurnya untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki.
Orang-orang Israel yang datang ke Yerusalem dalam bacaan ini bukanlah pemudik tahunan. Mereka kembali setelah dibuang ke negara Iain sekian lama. Mereka pulang merespons maklumat yang dikeluarkan Raja Koresy. Koresy mengaku dekrit yang dikeluarkannya bagi pemulangan orang Israel Itu sebagai mandat dari “Allah semesta langit” (ay. 2). Itu menggenapi nubuatan nabi Yeremia (Yer.25:8-13) dan Yesaya (Yes.44:28), sekitar 150 tahun sebelum raja itu Iahir. Mereka kembali ke tempat di mana jati diri dan martabat mereka sebagai bangsa akan dipulihkan. Kepulangan mereka bukanlah mudik, tetapi dalam rangka restorasi (memulihkan dan mengembalikan kepada keadaan semula) dan reorganisasi (penataan atau penyusunan kembali organisasi), khususnya dalam hal persekutuan umat yang beribadah; dengan harapan dan juga tantangan. Di sini dibuatlah daftar nama keluarga-keluarga yang akan kembali beserta jumlah mereka (ay.3-21) secara rapih, tertib dan teratur dengan memperhatikan tempat tinggal mereka (ay.22-35), fungsi-fungsi dalam kaitan pelayanan kerohanian ibadah umat (ay.36-41), dan pelayanan pemerintahan atau kemasyarakatan (ay.42-57). Hal ini dilakukan sebagai pembaharuan kembali fungsi, peran, dan potensi masing-masing dalam membangun persekutuan umat.
Sepanjang perjalanan kehidupan hari ini, marilah menata hidup kita bersama Tuhan yang kita yakini memiliki rancangan indah dan mendatangkan damai sejahtera. Selamat beraktivitas dalam penyertaan-Nya.
KJ. 259 : 2
Doa : (Pakai hidup kami menjadi alat dalam tangan-Mu Tuhan, untuk membangun persekutuan tubuh-Mu yang tersusun rapi dan teratur)
Source: Sabda Bina Umat